Bruises

Rizzky Dhea Aprilia
2 min readMay 2, 2024

--

Setiap kali bertemu dengan orang, entah itu orang baru atau lama pasti hal yang pertama mereka tanyakan adalah, “dea itu bibirnya kenapa? “, “ lututnya kenapa dea kok gitu? “, “ kakinya kenapa dea?”. Aku tau, mungkin beberapa dari mereka memang ingin tau karena peduli atau sekadar ingin tau saja. Bagiku pertanyaan-pertanyaan itu sangat mengganggu. Memar, bekas luka dan stretch marks itu buatku adalah aib. Gara-gara itu semua, tubuhku rasanya tidak sempurna. Memang terlihat berlebihan tapi itulah yang aku rasakan. Ingin melakukan perawatan untuk menghilangkan itu semua tapi harga perawatannya setara dengan satu kali gajiku. Sudah gaji pas-pasan, wajah pas-pasan ditambah beberapa bekas luka ini. Rasanya seperti membawa hal yang jorok dan menjijikkan ditubuhku. Menyedihkan.

Beberapa orang bilang, “Dea percaya diri aja. Luka-luka itu engga mengurangi harga dirimu sebagai perempuan, kok.” Aku sempat dan sekarang pun terkadang masih merasakan kalau kata-kata seperti itu hanya bualan. Toxic positivity kalau anak-anak jaman sekarang bilangnya.

Tapi perlahan aku mulai sadar, sepertinya aku yang terlalu keras pada diriku sendiri. Aku terlalu jahat pada diriku sendiri. Tak seharusnya aku berpikiran seperti itu.

Makadari itu, saat ini perlahan aku memperbaiki pola pikirku. Mencoba mencitai diriku sendiri walau kadang belum sepenuhnya. Bagaimanapun, memar, bekas luka dan stretch marks ini adalah bagian dari diriku dan cerita hidupku. Semoga aku maupun kalian yang sedang berjuang untuk mencintai diri sendiri dimudahkan jalannya, ya. Aku yakin memang tidak mudah dan perlu waktu yang lama. Tapi kalau bukan kalian sendiri, siapa lagi yang akan mencintai diri kalian. Karena sejatinya, kalau ingin mencintai orang lain pun kalian harus mencintai diri kalian sendiri bukan?

Semangat! Peluk jauh dari aku.

--

--

No responses yet