Lustful Echoes: Sajama Cut Membangkitkan Kultusnya di Kota Solo
Jumat, 15 November 2024
Semarang saat itu terpantau berawan tetapi tidak hujan. Pukul 17.30 tepat setelah kerja, aku langsung bergegas menuju kantor travel yang akan membawaku ke Solo. Travel ke Solo berangkat pukul 17.00 tetapi hal menyebalkan terjadi, ternyata armada yang membawaku terlambat 30 menit dari jam yang seharusnya ditentukan. Kesal? Tentu saja. Selama di perjalanan menuju Solo deg-degan rasanya. Takut ketinggalan beberapa penampil yang main di acara yang akan aku datangi. Oiya, aku belum cerita tujuanku ke Solo adalah untuk menonton acara Lustful Echoes yang diinisiasi oleh kolektif Perintis Dead. Dan headliner dari acara itu adalah Sajama Cut, band rock asal Jakarta yang tentu banyak orang sudah tidak asing karena mereka salah satu band 'lawas' yang sudah malang melintang dari gig ke gig hingga festival ke festival. Kegagalanku menonton mereka di Festival Cherry pop bulan Agustus lalu yang membulatkan tekatku untuk menonton mereka di acara tersebut selain karena beberapa hal di Semarang yang membuatku ingin sekali mencari suasana baru, tak perlu aku ceritakan beberapa hal tersebut, tidak penting juga.
Aku tiba di Suaka Coffee yang menjadi tempat perhelatan acara Lustful Echoes pukul setengah 8 malam lebih sekian menit. Saat memasuki venue, sudah terdengar riuh suara musik dan ternyata Barmy Blokes sedang mempersiapkan diri mereka untuk tampil. Lega rasanya, ternyata aku tidak ketinggalan menikmati penampilan band-band pembuka. Oh, selain Sajama Cut, ada dua band lokal kota Solo yang ikut memeriahkan acara tersebut. Barmy Blokes dan Car Crash Coma.
Barmy Blokes, itu pertama kalinya aku menonton mereka. Mereka menyebut diri mereka dengan sebutan ‘Unit rock entut berut’, entah mengapa mereka menyebut diri mereka dengan sebutan itu. Kesan pertamaku menonton mereka adalah 'Selengekan’, mereka mengubah panggung di venue bak taman bermain mereka. Sesekali mereka berinteraksi dengan penonton, mengajak penonton untuk bernyanyi bersama, dan melemparkan guyonan-guyonan 'receh' kepada penonton. Beberapa nomor mereka tampilkan pada malam itu. Beberapa yang aku ingat ada Gigs eksplosif, Rock kota satelit, dan single terbaru mereka City and siti. Sebagai penutup, mereka membawakan Waiting room dari band hardcore/punk legendaris yang juga salah satu band favoritku, Fugazi. Sontak ketika mereka membawakan lagu tersebut semua penonton ikut bernyanyi termasuk aku, dan beberapa ada yang naik ke panggung untuk saling berebut microphone.
Acara dilanjutkan dengan penampilan Car Crash Coma (CCC). Jujur, aku tidak pernah mendengarkan lagu-lagu mereka jadi aku tidak hafal mereka membawakan lagu apa saja (maafkan 🥲). Penampilan CCC di acara tersebut adalah penampilan perdana mereka setelah hiatus kurang lebih satu tahun dikarenkan beberapa huru-hara yang terjadi di-internal mereka. Mungkin gara-gara itu, penampilan CCC malam itu menurutku agak emosional.
Aku baru ingat, salah dua lagu yang mereka bawakan malam itu ada Perfume dan Binar sinar rembulan yang merupakan single terbaru mereka setelah hiatus serta lagu pertama mereka yang berbahasa Indonesia. Semoga setelah ini, CCC lebih sering berkarya dan tidak ada kabar yang kurang menyenangkan lagi dari mereka. Sukses terus, Car Crash Coma!
Waktu menunjukkan pukul 22.00, cuaca di Solo mendung, tidak hujan tetapi meninggalkan hawa panas nan gerah. Crowd semakin padat, ternyata tiba saatnya untuk Sajama Cut naik ke atas panggung. “Ini dia yang aku tunggu-tunggu”, batinku. Satu per satu personil Sajama Cut naik ke atas panggung, minus Aldrian Risjad yang saat itu absen karena ada hal yang tidak bisa dia tinggalkan di Jakarta. Tapi hal tersebut bukan jadi penghalang untuk Sajama Cut tetap bermain di Solo malam itu. Penampilan mereka dibuka dengan lagu Alibi disusul Lautan yang memeluk cermin. Tentu, aku bersama penonton lainnya ikut bernyanyi dipandu Marchel Thee sang vokalis. Beberapa lagu dari album The Osaka Journals, Manimal, Hobgoblin dan Godsigma dimainkan. Painting/Pantings dan Twice (Rung the ladder) yang mana adalah lagu favoritku juga dimainkan. Senang rasanya.
Crowd makin memanas, terutama ketika nomor Mari bunuh diri dibawakan. Selain sing along, beberapa orang mulai crowd surfing dan diantaranya ada yang loncat dari atas sound untuk stage diving. Less afraid juga tak kalah panasnya dari Mari bunuh diri. Seru sekali. Tibalah lagu terakhir, Adegan ranjang, lagu cinta dari Marchel Thee yang dia ciptakan untuk istrinya. Lagu cinta yang dikemas sedikit erotis tapi tak menjijikkan karena Marchel Thee yang andai dalam mengolah kata-kata. Sebagai penutup tak lupa sesi foto Sajama Cut bersama penonton sebagai bentuk kenang-kenangan kalau mereka telah menunaikan tugasnya tampil di Solo.
Ah, sungguh malam yang menyenangkan. Andai saat itu aku tidak nekat untuk pergi ke Solo, aku pasti sudah melewatkan penampilan seru nan intim dari Sajama Cut.
Semoga suatu saat, aku bisa melihat penampilan mereka lagi.