Mimpi

--

Tadi malam, setelah berjuang untuk tidur setelah diterpa badai pikiran yang tak perlu seharusnya, aku tertidur pulas, tepat pukul 23.00 malam. Suatu pencapaian yang harus dirayakan. Ah, tapi nampaknya tak perlu, tidak penting juga.

Tadi malam aku bermimpi. Mimpi yang seharusnya aku usahakan menjadi nyata. Aku bermimpi aku menjadi perempuan pemberani. Berani mengungkapkan apa yang aku rasakan. Entah itu ketidaknyamanan, kesedihan, kemarahan bahkan kebahagiaan sekalipun tanpa harus memikirkan reaksi orang-orang terutama di sekitarku. Keren sekali aku di mimpi itu. Seperti bukan dea, seperti bukan diriku.

Tapi sayangnya itu hanya mimpi. Di dunia nyata, seorang dea hanya seonggok pecundang. Nyalinya hanya setipis tisu yang sudah direndam air. Mudah terkoyak. Manusia sepertiku nampaknya memang lebih baik dibuang saja. Tak perlu disimpan. Tak perlu dipergunakan. Tak perlu dipamerkan.

--

--

Responses (1)