Texpack, Si Jenius Peramu Lirik

Rizzky Dhea Aprilia
3 min readJan 19, 2025

--

dok. Instagram @texpack_

Sebenarnya aku menulis ini karena ingin mengapresiasi dan mengungkapkan kecintaanku kepada lagu-lagu Texpack terutama penulisan lirik mereka, karena aku merasa medium adalah tempat 'aman' ku untuk menulis dibandingkan menulis di media sosial seperti instagram atau twitter (sekarang berubah nama menjadi X). Tulisan ini tidak akan banyak, ala kadarnya saja.

Awal perkenalanku dengan band alternatif rock asal Bogor ini di awal tahun 2020 kalau tidak salah ingat, ketika itu spotify mod-ku tiba-tiba memutar acak lagu Gadog yang merupakan lagu utama di album Spin Your Wheel yang rilis di tahun 2019.

Mungkin, sebagian besar orang sama sepertiku, berkenalan dengan Texpack lewat lagu itu, atau tidak? Entahlah, yang pasti setelah mendengarkan lagu Gadog, aku mulai jatuh cinta dengan band ini. Dalam lagu ini, Texpack berkolaborasi dengan Edo wallad yang merupakan ikon musik independen Kota Bogor dimana sudah melanglang buana menjelajahi skena musik independen Kota Hujan bersama bandnya sebut saja Motives. Hal yang membuatku jatuh cinta dengan lagu ini adalah karena spoken word yang dilakukan Edo, seakan mengajak kita menelusuri Gadog dan jauh lebih dari itu, menurutku, lagu ini sebenarnya bercerita mengenai bagaimana kehidupan masyarakat terutama masyarakat urban yang tak sepenuhnya merdeka karena belenggu kapitalisme. Jeniusnya, Edo dan Texpack mengemasnya dengan rangkaian kata-kata sederhana, tak perlu membuat kita sebagai pendengar harus membuka KBBI untuk tau arti kata demi kata dalam lagu Gadog.

Masih di album yang sama, di nomor Gerak Mata Cepat.

“Sebelum Rusia coba mengintai
Kappa siluman terbang lagi
Lewat atas Amerika”

Mungkin kalau kalian mendengarkan lagu ini sambil membaca liriknya secara penuh terkesan seperti, 'Hah maksudnya apasih? kenapa tiba-tiba ada Rusia, kenapa tiba-tiba ada kappa siluman terbang lewat atas Amerika? Kenapa tiba-tiba disuruh jangan lewat depan?’, rasanya kalau dibaca mentah-mentah akan terasa seperti mimpi saat demam. Tetapi kalau kalian perhatikan lebih jeli, Texpack sedang bermain rima di akhiran lirik lagunya, yang lagi-lagi membuatku terperangah karena alih-alih menulis lirik secara puitis bak penyair, susunan lirik sederhana bahkan terkesan main-main pun bisa memberikan kesan yang membekas.

Atau di rilisan Texpack yang lain, single The Early Serenade kalau dilihat liriknya terkesan seperti lagu tongkrongan tetapi lagi-lagi, kejeniusan Texpack berhasil mengemasnya secara apik dan tidak terkesan cheesy.

Sedangkan pada EP terbaru mereka, Gonggo Sound yang rilis tahun 2024 lalu, Texpack mengalami evolusi besar-besaran menurutku dari segi musik maupun lirik. Kalau dari segi teknik musik aku tidak bisa berkomentar banyak karena, satu aku tidak piawai bermain musik, dua, kali ini aku sedang membahas kekagumanku kepada penulisan lirik lagu-lagu Texpack. Pokoknya kalau segi musik, EP ini lebih seamless dan proper dibandingkan rilisan-rilisan mereka sebelumya. Dari segi lirik, aku sangat jatuh cinta pada lagu Magnetic Fields. Aku sangat jatuh cinta dengan bait demi bait dalam lagu ini.

“Am I in love again?
The sun ray shines through your hair
Oh I’m glad that I was there
When I’m with you

I see glimpse through your eyes
The colours they faded like the stars
And all the noises
A million voices

I’m feeling every one"

Lirik yang sangat manis ditambah lantunan musik yang tenang dan terkesan dreamy seperti mengajak ku untuk jatuh cinta dan merasakan kupu-kupu berterbangan di perut.

Sebenarnya masih banyak lagu-lagu Texpack bahkan hampir semuanya memiliki lirik yang ringan bahkan terkesan ‘main-main' tapi memiliki kesan yang positif bagi diriku sebagai pendengar.

Texpack! Aku sangat mengagumi karya-karya kalian kalau suatu saat nanti aku punya kesempatan, ingin sekali berguru kepada kalian, terutama meramu kata-kata menjadi sebuah lirik yang sederhana tapi membekas. Semoga bisa, ya. Aminkan saja dulu 😊

--

--

No responses yet